GuruMuda.web.id -- Diantara kehidupan yang paling berharga adalah hidup sebagai seorang santri. Ya. Selama 24 jam hidup di lingkungan pesantren tentu saja dihitung dalam jihad - berjuang di jalan Allah -.
Santri yang mandiri, diharapkan menjadi sosok penerus risalah keulamaan dan kenabian. Pengemban tanggung jawab yang amat berat, menjadi khadimul ummah (pembantu masyarakat) ketika kembali ke lingkungan masing-masing.
Dengan kondisi zaman seperti sekarang ini, tentu saja santri harus ekstra serba bisa. Multitalent.
Tak hanya ilmu agama yang dipelajari, pembelajaran pengimbang zaman pun seperti Teknologi Informasi tak kalah harus dipahami.
Zaman digitalisasi harus diimbangi. Ketika media dakwah semakin luas, maka santri harus peka memanfaatkannya.
Ini pula yang memotivasi saya untuk terus selalu menambah khazanah keilmuan. Ilmu Dunia wal Akhirat.
Diamanahi beberapa puluh anak santri, menjadi motivasi untuk berbuat 'sesuatu'. Apalagi dengan kondisi masyarakat dan latar belakang keluarga mereka.
Maka, saya bersikukuh untuk mengantarkan mereka menjadi santri multitalent. Tak hanya mengkaji ilmu agama, melainkan mereka harus siap belajar IT dan Seni Budaya.
Karena bagi saya, garapan dakwah sangatlah luas. Santri berdakwah tak harus di atas podium. Mereka pun harus bisa bersdakwah dengan media lain yang kreatif. Dakwah melalui kaos yang sedang saya garap, misalnya. Atau dengan membuat TV ala santri yang memanfaatkan smartphone, dengan studio yang bisa diakali meskipun ukuran kecil.
TV ala santri pun sedang saya garap sebagai media santri untuk berkreasi.
Santri benar-benar harus serba bisa. Dengan memegang teguh, " Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat untuk orang lain."
Santri yang mandiri, diharapkan menjadi sosok penerus risalah keulamaan dan kenabian. Pengemban tanggung jawab yang amat berat, menjadi khadimul ummah (pembantu masyarakat) ketika kembali ke lingkungan masing-masing.
Dengan kondisi zaman seperti sekarang ini, tentu saja santri harus ekstra serba bisa. Multitalent.
Tak hanya ilmu agama yang dipelajari, pembelajaran pengimbang zaman pun seperti Teknologi Informasi tak kalah harus dipahami.
Zaman digitalisasi harus diimbangi. Ketika media dakwah semakin luas, maka santri harus peka memanfaatkannya.
Ini pula yang memotivasi saya untuk terus selalu menambah khazanah keilmuan. Ilmu Dunia wal Akhirat.
Diamanahi beberapa puluh anak santri, menjadi motivasi untuk berbuat 'sesuatu'. Apalagi dengan kondisi masyarakat dan latar belakang keluarga mereka.
Baca: Ini Cara KAmi Menghafal Al Qur'an
Maka, saya bersikukuh untuk mengantarkan mereka menjadi santri multitalent. Tak hanya mengkaji ilmu agama, melainkan mereka harus siap belajar IT dan Seni Budaya.
Para Santri sedang berlatih Upacara Adat Mapag Panganten versi Hadroh Marawis. |
Karena bagi saya, garapan dakwah sangatlah luas. Santri berdakwah tak harus di atas podium. Mereka pun harus bisa bersdakwah dengan media lain yang kreatif. Dakwah melalui kaos yang sedang saya garap, misalnya. Atau dengan membuat TV ala santri yang memanfaatkan smartphone, dengan studio yang bisa diakali meskipun ukuran kecil.
TV ala santri pun sedang saya garap sebagai media santri untuk berkreasi.
Santri benar-benar harus serba bisa. Dengan memegang teguh, " Sebaik-baik manusia adalah ia yang bermanfaat untuk orang lain."
0 Komentar
Jika Anda memetik manfaat dari blog Guru Muda ini, segera BAGIKAN kepada anggota keluarga, sahabat Anda.
Agar mereka juga mendapat manfaat yang sama.
Hatur nuhun.