Ketika Jalal Sakit | Fiksi Edukasi Guru Muda

GURUMUDA.WEB.ID - SDIT Al Musthafa masih lenggang, hanya siswa yang kebagian piket yang biasanya datang lebih awal. 
 
Termasuk Jalal. Meskipun tak piket, Jalal tiap hari datang lebih  awal.
 
cerpen-guru-muda

 

Ketika ditanya ibunya, ia hanya menjawab, “Itung-itung olahraga Mah.”

 Abdul yang malas pun terpaksa harus berangkat lebih awal seperti Jalal, karena rumahnya yang berdekatan. Otomatis mereka berangkat ke sekolah bersama.

“Hari ini siapa yang kita kerjain, Dul?” tanya Jalal pada Abdul.

“Kira-kira siapa ya?” Abdul malah balik nanya sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal.

“Ok, kita liat aja nanti,” 

Di ruangan kelas III, hanya ia dan Abdul berdua, Jalal sedang menginstruksikan strategi pada Abdul. 
Mengangguk, tandanya Abdul mengerti apa yang menjadi tugasnya.

“Ibu… ada ular di kolong mejaku,”

“Aku juga ada permen karet di rok ku,”

Pelajaran belum dimulai, penghuni kelas III sudah gaduh, ramai seperti di pasar, ada yang teriak-teriak, berjingkat-jingkat.

Pun dengan Bu Guru Sri, yang kena tangan jahil Jalal dan Abdul. Bu Sri mendadak merah padam ketika hendak berdiri, serasa ada yang lengket di bagian rok belakangnya.

“Siapa yang melakukannya?” tanya Bu Sri marah.

Mereka berdua hanya tersenyum puas. 

“Sekali lagi, si…a..pa yang melakukannya?” marahnya bertambah hebat.

“Saya kira Jalal dan Abdul pelakunya, Bu. Lihat saja, hanya mereka yang tidak terkena getah permen karet!” Salim tiba-tiba bersuara.

Jalal dan Abdul menunduk malu, dan siap-siap untuk dibawa ke kantor. Ini bukan pertama kalinya. 

***

Sudah dua minggu Jalal tak masuk sekolah, ibunya bilang Jalal menderita gejala DBD (Demam Berdarah). Kini Jalal pun dirawat di Rumah Sakit Al Maridh. 

Semenjak Jalal sakit, kelas menjadi sepi. Tak ada yang menyimpan cicak karet di kolong bangku, tak ada yang ngomel gara-gara tasnya ditaliin ke kursi. Benar-benar hening. Tak ada yang mau untuk memulai bertanya kepada Bu Sri. Karena satu-satunya yang paling aktif di kelas adalah Jalal. 
 
Kalau Jalal yang memulai, pasti hampir seisi kelas ikut bertanya. Memang Jalal nakal, tapi dia cerdas.
Semua merindukan Jalal. Rindu pada kejahilannya. Rindu pada kepintarannya.  
 
Dan rindu semuanya. 

Hari ini, semua membesuk ke rumah sakit. Semua gembira, tak lupa dua keranjang buah-buahan kesukaan Jalal sebagai buah tangan.

Jalal sumringah melhat teman-temannya. Begitu pun sebaliknya, meskipun mereka sering dijahilin Jalal. Tapi tidak ada rasa dendam sedikit pun pada saat itu. 
 
Semua kompak medo’akan Jalal supaya lekas sembuh. Apalagi setelah didiagnosa Dokter, insya Allah Jalal akan pulang lebih awal.

“Teman-teman, maafkan aku ya… selama ini aku sering jailin kalian semua, termasuk pada Ibu,” kata Jalal sambil menatap satu persatu temannya, juga pada Bu Sri.

“Jangan ulangi perbuatan jelek kita lagi ya, Dul!” nasihat Jalal pada Abdul, sahabatnya.

“Siap, Bos…” jawab Abdul Sambil salam hormat seperti Polisi.
 
**

“Anak-anak, ada pengumuman yang sangat menyakitkan. Teman kita, Jalal, meninggal dunia, selain demam berdarah ternyata ia mempunyai penyakit bawaan sejak lahir yang sudah akut,” Jelas Bu Sri.

“Untuk itu mari kita do’akan Jalal, semoga ia ditempatkan yang diridhai Allah subhanahu wa ta’ala.” Lanjutnya sambil memimpin do’a.

Semua tercengang. Hening. Semua menangis dalam kesedihan. 

Kami selalu mendo’akanmu, Jalal.
 
Cerpen ini sudah dikirimkan ke rubrik RUBRIK YUNIOR, SUARA MERDEKA tanggal 29 Juli 2012

0 Komentar

Jika Anda memetik manfaat dari blog Guru Muda ini, segera BAGIKAN kepada anggota keluarga, sahabat Anda.
Agar mereka juga mendapat manfaat yang sama.

Hatur nuhun.