Opini Guru Muda: Upaya Kolaboratif Perpustakaan Sekolah

GURUMUDA.WEB.ID - Alhamdulillah, bagi penulis yang membutuhkan sedikit keahlian dalam menulis, dimuat di media massa, apalagi media yang cukup familiar sangat berbahagia dan bersyukur manakala karyanya dimuat.

Beberapa hari yang lalu, murid saya mengirimkan foto bahwa tulisan saya sedasng dibaca. Berikut tulisan yang dimuat di majalah kandaga.

Upaya Kolaboratif Perpustakaan Sekolah

Oleh: Roni Yusron Fauzi

Diwajibkannya para siswa untuk membaca buku 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran sebagai salah satu penerapan program Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) yang dicanangkan Mendikbud, Anies Bawesdan, perlu diapresiasi oleh para stakeholder. (24/7)

Jangan salahkan jika siswa begitu enggan untuk membaca. Menyempatkan membaca buku beberapa menit saja tentu akan dirasakan bosan. Maka, diperlukan adanya pembenahan perpustakaan sebagai pusat referensi di sekolah.

Persoalan yang utama rendahnya minat baca di sekolah karena perpustakaan kurang tertata dengan baik dan sosialiasi pustakawan yang kurang inovasi. Seakan perpustakaan hanya menjadi kebutuhan tertier saja. Padahal fungsi perpustakaan adalah sebagai jantungnya sekolah.

Untuk memperbaiki persoalan ini, maka diperlukan upaya-upaya kolaboratif yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah.


Pertama, kerjasama dengan Taman Bacaan Masyarakat (TBM)


Saat ini eksistensi TBM sungguh sangat menggembirakan. Kegiatan di TBM tidak hanya membaca buku saja. Meminjam buku, lalu pulang. Tapi diisi dengan program-program tambahan seperti public speaking, bedah karya dan pelatihan menulis. Langkah seperti ini sebagai upaya mengikat pengunjung untuk selalu berada di  lingkungan TBM.

Pihak sekolah bisa meniru dan memodifikasi program di Taman Bacaan Masyarakat untuk bisa diterapkan di perpustakaan sekolah.


Kedua, Membuat Poster Edukatif 

Membuat Poster Edukatif sebagai implementasi pelajaran Seni Budaya & Keterampilan (SBK) ke dalam kehidupan sehari-hari. Poster atau pajangan hasil karya siswa tersebut bisa diisi dengan slogan motivasi berupa ajakan minat baca. Dengan harapan siswa dan guru lebih tergugah akan minat baca.


Ketiga, lengkapi dengan buku bebas 

Koleksi buku di perpustakaan sekolah lebih dominan pada buku kurikulum saja, padahal buku tersebut sudah sering menjadi pembahasan bersama guru.  Atau mengandalkan buku-buku dari pemerintah.

Buku bebas yang sifatnya mendidik seperti novel, kumpulan cerpen, majalah dan koran pun seyogyangya harus dijadikan prioritas. Dengan tujuan untuk menyegarkan pikiran siswa, juga supaya lebih bisa membuka pola pikir dan wawasan.

Tentunya untuk buku bebas ada penyaringan dari pustakawan. Melengkapi perpustakaan dengan buku bebas dengan harapan mencegah siswa supaya tidak bosan dalam membaca.

Jika ada perubahan yang signifikan  pengunjung perpustakaan sekolah yang meningkat, sudah jelas perpustakaan sekolah sudah diminati siswa. Semoga budaya membaca di Indonesia bisa berkembang ke depannya. (***)


***


Artikel ini Dimuat di Majalah Kandaga  Edisi 73 | Agustus 2015)          



0 Komentar

Jika Anda memetik manfaat dari blog Guru Muda ini, segera BAGIKAN kepada anggota keluarga, sahabat Anda.
Agar mereka juga mendapat manfaat yang sama.

Hatur nuhun.